TEKNIK
PEMBELAJARAN INQUIRI
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran
dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa
lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan
masalah.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan
tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik
secaraindividual maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami
dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin
efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 2005 : 52)
Proses inquiri adalah suatu proses
khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode
inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri
adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara
individu atau kelompok kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika
terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja
sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama
guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 :
6.39).
Adapun syarat-syarat penerapan metode inquiri adalah :
• Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
• Membentuk kelompok yang seimbangn, baik akademik maupun sosial
• Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan
cara yang responsif dan tepat waktunya.
• Sekali-kal perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antarpribadi
yang sehat dan demi kemajuan tugas.
• Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok
maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai (Hamalik, 2004 : 65).
Berikut ini langkah-langkah penggunaan Strategi
Pembelajaran Inquiri menurut Wina Sajaya (2012: 201) adalah : (1) orientasi,
(2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5)
menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Lebih lanjut Wina Sanjaya
menjelaskan langkah-langkah penggunaan SPI sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda pada
tahapan prepation dalam strategi pembelajran ekspositori (SPE) sebagai langkah
untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi
dalam SPI, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan
masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
SPI sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses
pembelajran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahapan orientasi ini adalah :
·
Menjelaskan topik, tujuan, dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
·
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
·
Menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh
sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berfikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam
berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari
dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya :
·
Masalah hendaknya dirumuskan
sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala
dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru
sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan
topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai
dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
·
Masalah yang dikaji adalah
masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu
mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban
sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara
pasti.
·
Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya,
sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang
ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan
inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung
dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis
perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berfikir pada
dasarnya sudah dimili sejak individu itu lahir. Potensi berfikir itu dimulai
dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis)
dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka
ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berfikir lebih lanjut.
Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampauan menebak pada setiap
individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji, perkiraan sebagai
hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berfikir
yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis. Kemampuan berfikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan menggunakan potensi berfikirnya. Oleh sebab itu,
tugas dan peran guur dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiasif
terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiasif itu biasanya ditunjukkan oleh
gejala-gejala ketidak bergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan
gejala-gejala ketidak semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai
jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang
untuk berfikir.
5. Menguji Hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berfikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh
data yang ditemukan dan dapat dipertanggung-jawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak berfokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu,
untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data yang relevan.
TEKNIK
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Model pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa
dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama
kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan
Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta
alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui”
berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”.Ini berarti bahwa seseorang baru
mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun
sesuatu itu (Suparno, 1997:24).
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri
pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu sebagai
berikut.
·
Pengetahuan dibangun berdasarkan
pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
·
Belajar adalah merupakan
penafsiran personal tentang dunia.
·
Belajar merupakan proses yang
aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
·
Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang
aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti
sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan
konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam
pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka sendiri dan
guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Proses perolehan pengetahuan akan
terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang
dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan
karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar.
Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang mengutamakan
keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan hands–on serta
terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui
pengalaman sebelumnya.
Dalam pelaksanaan teori belajar
konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran
yaitu sebagai berikut :
·
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri.
·
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif.
·
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru.
·
Memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
·
Mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka.
·
Menciptakan lingkungan yang
kondusif.
Metode
dalam Pembelajaran Konstruktivisme
·
Metode "sindikat"
sangat cocok untuk topik yang dapat dipelajari sendiri oleh pebelajar. Mereka
bekerja dalam kelompok, masing-masing anggota mempelajari satu aspek masalah
secara mendalam sebelum bertemu dengan anggota lain dalam sindikatnya,
memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
·
Pembelajaran kelompok kecil
biasanya terdiri dari 4-6 pebelajar; mereka saling mengemukakan pendapatnya
tentang suatu masalah sebelum akhirnya mengambil kesimpulan. Beberapa pebelajar
kurang berani berbicara dalam kelompok seukuran itu.
·
Sebagai jalan keluarya pembelajar
perlu sekali-sekali membentuk "triad", yaitu kelompok yang hanya
terdiri dari tiga orang. Dengan kelompok kecil itu mau tidak mau pebelajar akan
berani berbicara.
·
"Praktikum" tidak
selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih,
melainkan bisa juga berlangsung di alam sekitar dan masyarakat.
Kegiatan praktikum hendaknya
diarahkan untuk membekali pebelajar dengan:
·
keterampilan praktikum dasar
·
pengenalan alat-alat dan teknik
pengukuran standar
·
keterampilan melakukan pengamatan
·
intrepretasikan data
·
penulisan laporan
·
keterampilan merencanakan
percobaan
·
minat terhadap ilmu
TEKNIK
PEMBELAJARAN SETS(SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran SETS memiliki
makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS, yakni
lingkungan teknologi, dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat
karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut. Dalam
konteks SETS, perkembangan sains dianggap dipengaruhi oleh perubahan pada
lingkungan, teknologi, juga kepentingan serta harapan masyarakat. Pada saat
yang sama hendaknya dipahami bahwa perkembangan sains itu sendiri juga memiliki
pengaruh kepada perkembangan teknologi, masyarakat serta lingkungan.
Pembelajaran SETS, tak hanya memperhatikan
isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengaitkannya dengan unsur
lain, akan tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat
dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian
lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi.
Itulah sebabnya kenapa pembelajaran SETS
memberi perhatian tinggi pada keterkaitan serta keterpaduan antar keempat unsur
SETS beserta urutannya. Dalam arti untuk membuat konsep sains berguna dalam
teknologi untuk memenuhi keperluan masyarakat, maka akibatnya pada lingkungan
perlu mendapat perhatian utama.
Apabila akibat pada lingkungan (baik
fisik maupun mental) sangat tidak menguntungkan, pembelajaran SETS tak
menganjurkan penggunaan konsep sains itu diteruskan ke bentuk teknologi yang
dimaksud. Sebaliknya apabila transformasi sains ke teknologi tersebut dianjurkan
untuk diteruskan guna memenuhi kepentingan masyarakat dalam konteks SETS, unsur
lingkungan merupakan filter dari unsur S (sains) untuk diubah menjadi T
(teknologi) dalam memenuhi kepentingan M (masyarakat).
Jelas bahwa melalui pembelajaran SETS
siswa akan selalu dan harusnya selalu dibawa ke suasana yang memberi perhatian
kepada setiap unsur yang ada dalam SETS itu sendiri beserta perhatian pada
makna urutan serta implikasinya dalam kegiatan pengajaran sains. (Nono
Sutanto,2007:27-29)
TEKNIK
PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH
Metode pemecahan masalah adalah suatu
cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan
memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Metode ini diciptakan seorang ahli didik berkebangsaan Amerika yang bernama
Jhon Dewey. Metode ini dinamakan Problem Method. Sedangkan
Crow&Crow dalam bukunya Human Development and Learning,
mengemukakan nama metode ini dengan Problem Solving Method.
Sebagai prinsip dasar dalam metode ini
adalah perlunya aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas
peserta didik kalau sekiranya guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi
peserta didik dan masyarakat.
Dalam bukunya “school and society” John
Dewey mengemukakan bahwa keaktifan peserta didik di sekolah harus bermakna
artinya keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
masyarakat.Alasan penggunaan metode problem solving bagi peneliti adalah dengan
penggunaan metode problem solving siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri
dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya
mendengarkan saja.
Untuk memecahkan suatu masalah John
Dewey mengemukakan sebagai berikut:
1. Mengemukakan
persoalan/masakah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada
peserta didik.
2. Memperjelas
persoalan/masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama peserta
didiknya.
3. Melihat
kemungkinan jawaban peserra didik bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan
yang akan dilaksanakan dalam memecahkan persoalan.
4. Mencobakan
kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah
yang dianggap paling tepat.
5. Penilaian
cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan
atau tidak.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
1. Persiapan
a. Bahan-bahan
yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.
b. Guru
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan
persoalan.
c. Guru
memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya.
d. Problem
yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk berpikir.
e. Problem
harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan peserta didik
2. Pelaksanaan
a. Guru
menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.
b. Guru
meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang
akan dilaksanakan.
c. Peserta
didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok.
d. Mungkin
peserta didik dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.
e. Kalau
pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik kemudian didiskusikan mengapa
pemecahannya tak ditemui.
f. Pemecahan
masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
g. Data
diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan
fakta.
h. Membuat
kesimpulan.
TEKNIK
PEMBELAJARAN DISKUSI
Metode pembelajaran merupakan suatu cara
yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai
metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru harus
memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan menggunakan
metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Metode
pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode
diskusi. Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain
,saling berbagi gagasan dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah
suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu
masalah. Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat,
dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal,
tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika
yang disepakati bersama. Diskusi digunakan oleh guru apabila hendak:
·
memanfaatkan berbagai kemampuan
yang dimiliki oleh siswa
·
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
·
memperoleh umpan balik dari para
siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
·
membantu para siswa balajar
berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan
sekolah
·
membantu para siswa belajar
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain)
·
mengembangkan motivasi untuk
belajar lebih lanjut
Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai
arti untuk memahami apa yang ada didalam pemikiran siswa dan bagaimana
memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi
selama pembelajaran yang berlangsung baik antar siswa. Sehingga diskusi
menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses
berpikir mereka.
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:
(a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun
tujuan khusus.
(b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
(c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
(d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan
diskusi.
(2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi adalah:
(a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran
diskusi
(b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
(c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
(d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
(e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
(3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaknya dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
(a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
(b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Adapun
kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
·
Guru menetapkan suatu pokok atau
problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk
mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
·
Guru menjelaskan tujuan diskusi.
·
Guru memberikan ceramah dengan
diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
·
Guru mengatur giliran pembicara agar
tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
·
Menjaga suasana kelas dan
mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang
dikemukakan.
·
Mengatur giliran berbicara agar
jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
·
Mengatur agar sifat dan isi
pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
·
Mencatat hal-hal yang menurut
pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari
pendapat yang salah.
·
Bukan lagi menjadi pembicara
utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode
diskusi sebagai berikut:
·
Menelaah topik/pokok masalah yang
diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
·
Ikut aktif memikirkan sendiri
atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar
dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
·
Mengemukakan pendapat baik
pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman
sebangku atau sekelompok.
·
Mendengar tanggapan reaksi atau
tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
·
Mendengarkan dengan teliti dan
mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
·
Menghormati pendapat teman-teman
atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
·
Mencatat sendiri pokok-pokok
pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
·
Menyusun kesimpulan-kesimpulan
diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
·
Ikut menjaga dan memelihara
ketertiban diskusi.
·
Tidak bertujuan untuk mencari
kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang
telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Dalam metode pembelajaran diskusi
terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau dari bentuknya, metode diskusi dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. WholeGroup,
merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
2. Buzz
Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
3. Panel,
merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu
dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator
4. Syndicate
Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan
tugas-tugas yang berbeda.
5. Brainstorming,
merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa
dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
6. Simposium,
merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek
dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel,
karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam
waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta.
Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium.
7. Informal
Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro
dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib
yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi.
8. Seminar,
pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan
prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu
konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan
spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
9. Lokakarya/widya
karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian
prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini
bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut.
Model diskusi yang diterapkan di kelas
lebih efektif dengan menggunakan model Buzz Group atau diskusi kelompok. Guru
meminta peserta didik membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa
untuk mendiskusikan tentang permasalahan yang menjadi topik bahasan.
TEKNIK
PEMBELAJARAN TANYA JAWAB
Metode tanya-jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam metode tanya-jawab
terdapat kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus
memperhatikan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan digunakan.
Dalam menggunakan metode tanya-jawab, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Pertama, jenis pertanyaan; kedua, teknik mengajukan
pertanyaan; ketiga, memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode tanya-jawab
sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang benar;
keempat, memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan metode tanya jawab, di
antaranya prinsip keserasian, integrasi, kebebasan, dan individual.
Prinsip-prinsip ini adalah dasar atau landasan yang bisa dipergunakan dalam
metode tanya-jawab. Di samping itu, metode tanya-jawab juga bisa dikombinasikan
dengan metode lain, seperti metode ceramah, pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain
Langkah-Langkah
Tanya Jawab
1.
Persiapan
·
menentukan
topik
·
merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·
menyusun pertanyaan-pertanyaan secara tepat
sesuai dengan TPK tertentu
·
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin diajukan siswa
2. Pelaksanaan
·
Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran
khusus (TPK)
·
Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (siswa tidak hanya bertanya tetapi juga
menjawab pertanyaan guru maupun siswa yang lain)
·
Guru memberikan permasalahan sebagai bahan
apersepsi
·
Guru
mengajukan pertanyaan keseluruh kelas
·
Guru harus memberikan waktu yang cukup untuk
memikirkan jawabannya, sehingga dapat merumuskan secara
sistematis
·
Tanya jawab harus berlangsung dalam suasana
tenang, dan bukan dalam suasana yang tegang dan penuh persaingan
yang tak sehat di antara parasiswa
·
Pertanyaan
dapat ditujukan pada seorang siswa atau seluruh kelas, guru perlu
menggugah siswa yang pemalu atau pendiam, sedangkan siswa yang
pandai dan berani menjawab perlu dikendalikan untuk
memberi kesempatan pada yang lain
·
Guru mengusahakan
agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja
·
Pertanyaan
ada beberapa macam, yaitu pertanyaan pikiran, pertanyaan
mengungkapkan kembali pengetahuan yang dikuasai,
dan pertanyaan yang meminta pendapat, perasaan,
sikap, serta pertanyaan yang hanya mengungkapkan fakta-fakta
saja.
Sumber: https://idtesis.com/metode-pembelajaran-tanya-jawab/
TEKNIK
PEMBELAJARAN PENUGASAN
Salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasiterstruktur.
Imansjah Alipandie (1984:91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan
Umum” mengemukakan bahwa :”Metode resitasi terstruktur adalah cara
untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus
kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya
bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya
dipertanggungjawabkan.”
Metode resitasi terstruktur
merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana
guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam
pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan
belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di
kelas.
Pemberian tugas ini merupakan
salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan
pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang
harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas.
Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu
dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk
mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugasdiluar
jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa
PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa
Indonesia.
Adapun prosedur metode resitasi terstruktur
yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran antara lain : memperdalam
pengertian siswa terhadao pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah
belajar mandiri, dapat membagi waktu secara teratur, memanfaatkan waktu luang,
melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan
memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di luar kelas (Sri Anitah
Wiryawan, 1990:30).
Selanjutnya, metode resitasi terstruktur
ini dianggap efektif Imansyah Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat
dilaksanakan yaitu : merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang
diberikan harus jelas, waktu yang disediakan untuk menyelasaikan tugas harus
cukup (Imansyah Alipandie, 1984:93). Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang
berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan
pelaksanaan metode resitasi terstruktur yaitu :
1. Tugas yang
diberikan harus jelas
2.
Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang
diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa
yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
4.
Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5.
Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah
mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)
TEKNIK
PEMBELAJARAN DEMONSTRASI
Teknik demonstrasi merupakan teknik
mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan
suatu proses.
Kelebihan teknik demonstrasi
·
Perhatian siswa lebih dapat
terpusatkan pada pelajaran yang diberikan
·
Kesalahan-kesalahan yang terjadi
bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh
yang konkrit
·
Memberi motivasi yang kuat untuk
siswa agar lebih giat belajar
·
Siswa dapat berpartisipasi aktif
dan memperoleh pengalaman langsung.
Kelemahan teknik demonstrasi
·
Bila alatnya terlalu kecil atau
penempatannya kurang tepat menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat
jelas oleh seluruh siswa
·
Bila waktu tidak tersedia cukup,
maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa