Sabtu, 22 April 2017

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KRITERIA PENILAIAN MEDIA PEMBELAJARAN (AUDIO VISUAL)

Media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran yang membawa informasi tentang materi pembelajaran dan  mengandung maksud-maksud untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Jenis-jenis media pembelajaran antara lain:
1. Media visual ; penyampaian pesan atau informasi secara teknik dan kreatif yang mana menampilkan gambar, grafik, serta tata dan letaknya jelas, sehingga penerima pesan dan gagasan dapat diterima sasaran. Contohnya: gambar, teks, grafik
2. Media audio; alat media yang isi pesan atau informasinya hanya diterima melalui indra pendengaran saja. Contohnya: radio, mp3
3. Media Audio Visual ; media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui indra penglihatan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Contohnya: televisi, video
4. Multimedia ; kombinasi dari teks, gambar, video, audio, dan animasi yang didesain  bagi penggunanya menggunakan aplikasi berbasis komputer. Contohnya: macromedia flash, web atau blog pembelajaran.
5. Objek nyata; benda-benda yang langsung dapat digunakan untuk media pembelajaran.

Berikut ini akan saya jabarkan mengenai langkah-langkah pengembangan dan kriteria penilaian media pembelajaran terutama media audio visual.

Jenis media: Audio visual

Langkah-langkah pengembangan:
1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi; dalam tahap ini perlu dilakukan peneltian yang mengarah kepada analisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Melakukan pendefinisian dan perumusan tujuan pembelajaran; dalam tahap ini meliputi 1) analisis awal akhir – untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran; 2) analisis siswa – untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa seperti tingkat kemampuan dan perkembangan intelektualnya; 3) analisis tugas; 4) analisis konsep  - untuk menganalisis kompetensi dasar dan sumber belajar ; dan 5) perumusan tujuan pembelajaran – unutk memperoleh indikator yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar siswa.
3. merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan dan penentuan urutan; pada tahap ini butir-butir materi dirinci dan diurutkan dari tingkatan yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit.
4. Merancang dan membuat produk awal media audio visual yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembuatan media melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan, proses rekaman, proses pembuatan visual, dan penggabungan antara audio dan visual.
5. Mengembangkan media audio visual. Pada tahap ini dilakukan validasi ahli dan revisi terhadap produk awal
6.  melakukan uji coba terhadap produk dengan melakukan wawancara dan observasi.
7. melakukan revisi terhadap produk berdasarkan data hasil wawancara dan observasi.
8. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk (membuat laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan dalam jurnal, bekerjasama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, membantu distribusi untuk memberikan kendali mutu)

5. kriteria untuk menilai media pembelajaran tersebut.
A. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak
·         Efektif dan efesien media pembelajaran
·         Reliabilitas
·         Pemeliharaan dan kemudahan pengelolaan
·         Tingkat kemudahan pengoperasian audio visual
·         Adanya petunjuk penggunaan media audio visual

B. Apek Desain Pembelajaran
·         Kesesuaian isi media audio visual dengan tujuan pembelajaran
·         Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
·         Interaktivitas dalam media audio visual
·         Pemberian motivasi belajar
·         Kontekstualitas dan aktualitas
·         Kemudahan untuk memahami media audio visual
·         Pencantuman evaluasi belajar dam media audio visual

C. Aspek Komunikasi Visual
·         Kesesuaian informasi yang dapat diterima dengan keinginan sasaran
·         Kreativitas
·         Kualitas visual ( layout design, typography, warna) dan audio (narasi, sound effect, backsound, musik).


Senin, 28 November 2016

TEKNIK PEMBELAJARAN


TEKNIK PEMBELAJARAN INQUIRI
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secaraindividual maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 2005 : 52)
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39).



Adapun syarat-syarat penerapan metode inquiri adalah :
• Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
• Membentuk kelompok yang seimbangn, baik akademik maupun sosial
• Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
• Sekali-kal perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antarpribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas.
• Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai (Hamalik, 2004 : 65).

Berikut ini langkah-langkah penggunaan Strategi Pembelajaran Inquiri menurut Wina Sajaya (2012: 201) adalah : (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Lebih lanjut Wina Sanjaya menjelaskan langkah-langkah penggunaan SPI sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda pada tahapan prepation dalam strategi pembelajran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah :
·         Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
·         Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
·         Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar.

2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya :
·         Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
·         Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
·         Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berfikir pada dasarnya sudah dimili sejak individu itu lahir. Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berfikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampauan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji, perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berfikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berfikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan menggunakan potensi berfikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guur dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiasif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiasif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidak bergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala ketidak semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berfikir.

5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung-jawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Menurumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak berfokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.




TEKNIK PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”.Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24).
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut.
·         Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
·         Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
·         Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
·         Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan hands–on serta terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
·         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
·         Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
·         Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
·         Menciptakan lingkungan yang kondusif.

Metode dalam Pembelajaran Konstruktivisme
·         Metode "sindikat" sangat cocok untuk topik yang dapat dipelajari sendiri oleh pebelajar. Mereka bekerja dalam kelompok, masing-masing anggota mempelajari satu aspek masalah secara mendalam sebelum bertemu dengan anggota lain dalam sindikatnya, memecahkan masalah secara bersama-sama secara intensif
·         Pembelajaran kelompok kecil biasanya terdiri dari 4-6 pebelajar; mereka saling mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah sebelum akhirnya mengambil kesimpulan. Beberapa pebelajar kurang berani berbicara dalam kelompok seukuran itu.
·         Sebagai jalan keluarya pembelajar perlu sekali-sekali membentuk "triad", yaitu kelompok yang hanya terdiri dari tiga orang. Dengan kelompok kecil itu mau tidak mau pebelajar akan berani berbicara.
·         "Praktikum" tidak selalu berlangsung di laboratorium dengan menggunakan alat-alat yang canggih, melainkan bisa juga berlangsung di alam sekitar dan masyarakat.

Kegiatan praktikum hendaknya diarahkan untuk membekali pebelajar dengan:
·         keterampilan praktikum dasar
·         pengenalan alat-alat dan teknik pengukuran standar
·         keterampilan melakukan pengamatan
·         intrepretasikan data
·         penulisan laporan
·         keterampilan merencanakan percobaan
·         minat terhadap ilmu


TEKNIK PEMBELAJARAN SETS(SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran SETS memiliki makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS, yakni lingkungan teknologi, dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut. Dalam konteks SETS, perkembangan sains dianggap dipengaruhi oleh perubahan pada lingkungan, teknologi, juga kepentingan serta harapan masyarakat. Pada saat yang sama hendaknya dipahami bahwa perkembangan sains itu sendiri juga memiliki pengaruh kepada perkembangan teknologi, masyarakat serta lingkungan. 
Pembelajaran SETS, tak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, akan tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. 
Itulah sebabnya kenapa pembelajaran SETS memberi perhatian tinggi pada keterkaitan serta keterpaduan antar keempat unsur SETS beserta urutannya. Dalam arti untuk membuat konsep sains berguna dalam teknologi untuk memenuhi keperluan masyarakat, maka akibatnya pada lingkungan perlu mendapat perhatian utama. 
Apabila akibat pada lingkungan (baik fisik maupun mental) sangat tidak menguntungkan, pembelajaran SETS tak menganjurkan penggunaan konsep sains itu diteruskan ke bentuk teknologi yang dimaksud. Sebaliknya apabila transformasi sains ke teknologi tersebut dianjurkan untuk diteruskan guna memenuhi kepentingan masyarakat dalam konteks SETS, unsur lingkungan merupakan filter dari unsur S (sains) untuk diubah menjadi T (teknologi) dalam memenuhi kepentingan M (masyarakat). 
Description: SETS, Salingtemas, Pendekatan SETS, Sains Teknologi Masyarakat
 
















Jelas bahwa melalui pembelajaran SETS siswa akan selalu dan harusnya selalu dibawa ke suasana yang memberi perhatian kepada setiap unsur yang ada dalam SETS itu sendiri beserta perhatian pada makna urutan serta implikasinya dalam kegiatan pengajaran sains. (Nono Sutanto,2007:27-29) 


TEKNIK PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan seorang ahli didik berkebangsaan Amerika yang bernama Jhon Dewey. Metode ini dinamakan Problem Method. Sedangkan Crow&Crow dalam bukunya Human Development and Learning, mengemukakan nama metode ini dengan Problem Solving Method.

Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik dan masyarakat.
Dalam bukunya “school and society” John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan peserta didik di sekolah harus bermakna artinya keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam masyarakat.Alasan penggunaan metode problem solving bagi peneliti adalah dengan penggunaan metode problem solving siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja.
Untuk memecahkan suatu masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut:
1.     Mengemukakan persoalan/masakah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada peserta didik.
2.     Memperjelas persoalan/masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama peserta didiknya.
3.     Melihat kemungkinan jawaban peserra didik bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam memecahkan persoalan.
4.     Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
5.     Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.

 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1.     Persiapan
a.      Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.
b.     Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan persoalan.
c.      Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya.
d.     Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk berpikir.
e.      Problem harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan peserta didik
2.     Pelaksanaan
a.      Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.
b.     Guru meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang akan dilaksanakan.
c.      Peserta didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok.
d.     Mungkin peserta didik dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.
e.      Kalau pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik kemudian didiskusikan mengapa pemecahannya tak ditemui.
f.       Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.
g.      Data diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan fakta.
h.     Membuat kesimpulan.



TEKNIK PEMBELAJARAN DISKUSI
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain ,saling berbagi gagasan dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi digunakan oleh guru apabila hendak:
·         memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa
·         memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
·         memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
·         membantu para siswa balajar berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah
·         membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain)
·         mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut

Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada didalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran yang berlangsung baik antar siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.

Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:
(a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
(b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
(d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

(2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi adalah:
(a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi
(b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.
(c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
(d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
(e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.

(3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
(b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya
.


Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
·         Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
·         Guru menjelaskan tujuan diskusi.
·         Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
·         Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
·         Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
·         Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
·         Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
·         Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
·         Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
·         Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
·         Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
·         Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
·         Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
·         Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
·         Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
·         Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
·         Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
·         Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
·         Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

Dalam metode pembelajaran diskusi terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau dari bentuknya, metode diskusi dapat dibedakan sebagai berikut:

1.      WholeGroup, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
2.      Buzz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
3.      Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator
4.      Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
5.      Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
6.      Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium.
7.      Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi.
8.      Seminar, pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.
9.      Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut.

Model diskusi yang diterapkan di kelas lebih efektif dengan menggunakan model Buzz Group atau diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang permasalahan yang menjadi topik bahasan.



TEKNIK PEMBELAJARAN TANYA JAWAB
Metode tanya-jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam metode tanya-jawab terdapat kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus memperhatikan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan digunakan.
Dalam menggunakan metode tanya-jawab, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, jenis pertanyaan; kedua, teknik mengajukan pertanyaan; ketiga, memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode tanya-jawab sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang benar; keempat, memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan metode tanya jawab, di antaranya prinsip keserasian, integrasi, kebebasan, dan individual. Prinsip-prinsip ini adalah dasar atau landasan yang bisa dipergunakan dalam metode tanya-jawab. Di samping itu, metode tanya-jawab juga bisa dikombinasikan dengan metode lain, seperti metode ceramah, pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain

Langkah-Langkah Tanya Jawab

1. Persiapan
·         menentukan topik
·         merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·         menyusun pertanyaan-pertanyaan secara tepat sesuai dengan TPK tertentu
·         mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan siswa
2. Pelaksanaan
·         Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·         Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (siswa tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru maupun siswa yang lain)
·         Guru memberikan permasalahan sebagai bahan apersepsi
·         Guru mengajukan pertanyaan keseluruh kelas
·         Guru harus memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan  jawabannya, sehingga dapat merumuskan secara sistematis
·         Tanya jawab harus berlangsung dalam suasana tenang, dan bukan dalam suasana yang tegang dan penuh persaingan  yang tak sehat  di antara parasiswa
·         Pertanyaan dapat ditujukan pada seorang siswa atau seluruh  kelas,  guru perlu  menggugah  siswa yang pemalu atau pendiam, sedangkan siswa yang pandai dan berani  menjawab  perlu  dikendalikan untuk memberi kesempatan pada yang lain
·         Guru mengusahakan agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja
·         Pertanyaan ada beberapa macam, yaitu pertanyaan pikiran,  pertanyaan  mengungkapkan  kembali pengetahuan yang dikuasai,  dan pertanyaan yang meminta  pendapat,  perasaan,  sikap, serta pertanyaan yang hanya mengungkapkan fakta-fakta saja.

Sumber: https://idtesis.com/metode-pembelajaran-tanya-jawab/



TEKNIK PEMBELAJARAN PENUGASAN
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasiterstruktur. Imansjah Alipandie (1984:91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa :”Metode resitasi terstruktur adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.”
Metode resitasi terstruktur merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugasdiluar jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Adapun prosedur metode resitasi terstruktur yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran antara lain : memperdalam pengertian siswa terhadao pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu secara teratur, memanfaatkan waktu luang, melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di luar kelas (Sri Anitah Wiryawan, 1990:30).
Selanjutnya, metode resitasi terstruktur ini dianggap efektif Imansyah Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu : merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang diberikan harus jelas, waktu yang disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup (Imansyah Alipandie, 1984:93). Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode resitasi terstruktur yaitu :
1. Tugas yang diberikan harus jelas
2. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)



TEKNIK PEMBELAJARAN DEMONSTRASI
Teknik demonstrasi merupakan teknik mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses.

Kelebihan teknik demonstrasi
·         Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan
·         Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit
·         Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar
·         Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung.


Kelemahan teknik demonstrasi
·         Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa

·         Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa